Senin, 11 Juni 2012

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 
(KTSP) 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 
(RPP)

SEKOLAH
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : X
SEMESTER : 1

A. STANDAR KOMPETENSI :
Mendengarkan : 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

B. KOMPETENSI DASAR :
1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari  media  elektronik (berita dan nonberita)  

C. MATERI PEMBELAJARAN :
Siaran (langsung)  dari radio/ televisi,  teks yang dibacakan, atau rekaman berita/ nonberita 
Pokok-pokok isi berita
penangapan isi berita

D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :
No Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif
1 Menuliskan isi siaran radio/ televisi da¬lam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. Bersahabat/ komunikatif 
Tanggung jawab Kepemimpinan
2 Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis  secara runtut dan jelas
3 Mengajukan pertanyaan/ tanggapan berdasarkan informasi yang didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat)

E. TUJUAN PEMBELAJARAN* :
Siswa dapat:
Menuliskan isi siaran radio/ televisi dengan topik tertentu da¬lam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.
Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis secara runtut dan jelas.
Mengajukan pertanyaan/ tanggapan berdasarkan informasi yang didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat)
Menanggapi berita dengan menggunakan alasan dan bahasa yang rasional dan logis.

F. METODE PEMBELAJARAN :
? Penugasan
? Diskusi
? Tanya Jawab
? Unjuk kerja
? Ceramah 
? Demonstrasi 

G. Strategi Pembelajaran 
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung.
Menuliskan isi siaran radio/ televisi dengan topik tertentu da¬lam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.
Mengajukan pertanyaan/ tanggapan berdasarkan informasi yang didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat)  
Mencari Siaran (langsung)  dari radio/ televisi,  teks yang dibacakan, atau rekaman berita/ nonberita 
Menanggapi berita dengan menggunakan alasan dan bahasa yang rasional dan logis. Siswa berlatih mendiskripsikan Siaran (langsung)  dari radio/ televisi,  teks yang dibacakan, atau rekaman berita/ nonberita 
Siswa Menuliskan isi berita .  


H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

No. Kegiatan Belajar Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
1. Kegiatan Awal :
? Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.
? Membentuk kelompok diskusi Bersahabat/ komunikatif 
2. Kegiatan Inti :
? Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
? Mendengarkan berita tentang bencana alam ( Misal: semburan lumpur panas Lampindo-Porong-Sidoharjo, pascagempa dan tsunami Aceh)
? Menyampaikan secara lisan isi berita secara bergantian
? Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, 
? Menuliskan isi berita dalam beberapa kalimat 
? Mendiskusikan isi berita 
? Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
? Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui 
? Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. Tanggung jawab 
3. Kegiatan Akhir
? Refleksi
? Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. Bersahabat/ komunikatif 

I. ALOKASI WAKTU :
4 x 40 menit

J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
Radio/ tape 
Televisi 
CD salinan berita atau kaset rekaman

K. PENILAIAN :
Jenis Tagihan:
? Tugas individu
? Ulangan
Bentuk Instrumen:
? Uraian bebas
? Pilihan ganda
? Jawaban singkat


Mengetahui, 2011
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


NIP. NIP.

SQ3R


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1    Latar  Belakang
Bahasa Indonesia mempunyai ragam lisan dan tulisan yang kedua-duanya digunakan dalam situasi formal dan non formal. Sehingga guru harus selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa. Kita hidup dalam abad informasi setiap hari informasi mengalir sangat deras, baik melalui media massa elektronik maupun cetak atau sarana lainnya. Salah satu penyampaian informasi yang bertahan lama dan berjangkauan luas adalah melalui bacaan. Oleh karena itu, guru dan peserta didik dituntut untuk mempunyai kemampuan membaca.
Membaca merupakan kunci pembuka cakrawala ilmu pengetahuan dan informasi lainnya. Bahkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Sumber Pendidikan Nasional khususnya dalam Bab V bahwa kompetensi lulusan pasal 25 ayat (3) disebutkan bahwa kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
Membaca adalah bagian terpadu dari kemampuan berbahasa. Dalam kegiatan membaca di atas, guru seharusnya perlu menyusun tujuan membaca. Di samping itu, diperlukan metode membaca yang menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Salah satu metode pembelajaran membaca yang dapat diterapkan yakni penerapan metode pembelajaran membaca SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).
Penggunaan metode membaca SQ3R diharapkan dapat merangsang siswa melalui kegiatan membaca, mencintai kegiatan membaca dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul “Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia”.
1.2    Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah membaca pemahaman dengan menggunakan metode membaca SQ3R dalam pembelajaran bahasa Indonesia”? 
1.3    Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode membaca pemahaman SQ3R dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
1.4    Manfaat
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang  baik antara lain :
1.          Bagi siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta mampu menerapkan metode membaca SQ3R dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
2.          Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia dapat menerapkan metode membaca SQ3R sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa.
3.          Bagi penulis dapat menambah dan memperluas wawasan tentang penerapan metode membaca SQ3R sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman.



















BAB  II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Membaca
Membaca merupakan interaksi dengan bahasa yang telah diubah menjadi cetakan dan hasil interaksi dengan bahasa cetak. Kemampuan membaca berhubungan erat dengan kemampuan berbahasa lisan. Hal ini dikarenakan, membaca itu merupakan suatu proses yang aktif dan berlanjut yang dipengaruhi secara langsung oleh interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Ada tiga kelompok yang menjelaskan tentang definisi membaca. Kelompok pertama menjelaskan bahwa membaca sebagai tafsiran terhadap pengalaman secara umum. Frank Jennings (1965) sebagai wakil kelompok ini berpandangan bahwa membaca dimulai dengan pengenalan terhadap peristiwa yang berulang-ulang datang. Membaca dimulai dengan penataan tanda-tanda yang dimiliki oleh benda tertentu.
Kelompok kedua, membaca merupakan penafsiran atau lambang-lambang grafis. Rudolf Flesch(1955) memandang bahwa membaca sebagai kegiatan memperoleh makna dari berbagai gabungan huruf. Anak yang diajari mengenal makna yang dimiliki oleh setiap huruf akan sampai pada kemampuan membaca.
Makna membaca bagi kelompok ketiga adalah gabungan defines dari  kedua kelompok tersebut. Wakil kelompok ketiga, Ernest Horn (1937) memandang membaca sebagai kegiatan yang meliputi berbagai proses pendekatan sempurna dan pelestarian makna melalui penggunaan kertas tertulis.
Miles Tinker dan ConstanceMcCullough (1962) memandang membaca sebagai kegiatan yang mengenali lambang-lambang tertulis atau lambang percetak yang berperan sebagai stimuli untuk mengingat makna yang dibangun berdasar pada pengalaman yang lalu dan penyusunan makna baru dengan jalan memanipulasi konsep-konsep yang telah dimiliki pembaca.
            Berdasarkan pengertian para ahli yang dikemukakan di atas, maka pengertian membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.
Berdasarkan substansinya, pengertian membaca itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu :
1.      Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis bermakna.
2.      Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses memahami bacaan.
3.      Pengertian luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses mengolah bacaan, yaitu memaknai bacaan secara mendalam, meliputi proses memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan itu.
2.2    Pengertian Metode Membaca SQ3R
Membaca SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu     Prof. Francis P. Robinson tahun 1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode membaca SQ3R mencakup lima langkah sebagai berikut :
1.      Survey (penelaahan pendahuluan)
2.      Question (bertanya)
3.      Read (membaca)
4.      Recite (menguraikan kembali)
5.      Review (mengulang kembali)
Manfaat secara umum metode ini adalah membantu siswa untuk mengambil sikap bahwa buku yang akan siswa baca tersebut sesuai keperluan atau kebutuhan atau tidak. Metode ini bertujuan untuk membekali siswa dengan suatu pendekatan sistematis terhadap jenis-jenis membaca. Tujuan tersebut mencerminkan bekal untuk keperluan peningkatan cara belajar sistematis, efektif dan efisien. Metode membaca SQ3R diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/sub judul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan.
2.3    Langkah-Langkah Metode Membaca SQ3R
Menurut Robinson dalam (Mintowati, 2002: 21) teknik membaca SQ3R terdiri atas lima langkah yakni survey, question, read, recite dan review.
Kegiatan membaca SQ3R terlebih dahulu kita survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Kemudian kita mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri, kita berharap jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut. Secara lengkap kelima langkah dalam SQ3R dijelaskan sebagai berikut ini :
Langkah 1 : S-Survey 
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum. Anda bisa melihat-lihat judul, subjudul dan sebagainya.
Langkah 2 : Q-Question
Pada saat survey, anda juga bisa mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Anda bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana.
Langkah 3 : R-Read
Setelah melakukan survey dan mengajukan pertanyaan, barulah Anda membaca keseluruhan bahan bacaan. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga. Baca bagian demi bagian sambil anda mencari jawaban atas pertanyaan yang telah anda lakukan pada langkah 2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.



Langkah 4 : R-Recite
Setiap selesai membaca suatu subjudul, berhentilah sejenak. Coba jawab pertanyaan atau sebutlah hal-hal penting bagian tersebut. Bila perlu, buatlah catatan seperlunya. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.
Langkah 5 : R-Review
Setelah membaca seluruh bahan, ulangi untuk menelusuri kembali judul, subjudul dan bagian-bagian penting lainnya. Langkah ini berguna untuk membantu daya ingat, memperjelas pemahaman dan juga untuk mendapatkan hal penting yang terlewatkan.
2.4    Penerapan Metode SQ3R Dalam Pembelajaran Membaca
Pembelajaran membaca pemahaman merupakan suatu proses pembelajaran membaca yang menitikberatkan pada penguasaan teks atau pemahaman teks yang dibaca serta kemampuan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dewasa ini banyak teknik yang dilakukan untuk dapat membaca dengan baik yakni membaca dengan benar-benar memahami isi bacaan. Dari sejumlah teknik membaca yang ada, SQ3R merupakan teknik membaca pemahaman yang banyak dikenal dan lazim digunakan dalam membaca studi. Meskipun teknik SQ3R merupakan suatu teknik atau strategi membaca buku yang terutama ditujukan untuk kepentingan studi, namun juga dapat diterapkan untuk kepentingan strategi atau teknik pengajaran pembaca di sekolah, terutama siswa-siswa yang sudah tergolong pembaca tingkat lanjut. Hal ini penting dilakukan mengingat kegiatan akademik siswa dalam kaitannya pencapaian prestasi belajar akan sangat didukung oleh keterampilannya dalam membaca, khususnya membaca buku-buku acuan yang merupakan teks untuk masing-masing bidang studi (Harjasujana, 1996/1997 : 210).
Adapun proses penerapan teknik SQ3R dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan perencanaan pembelajaran dengan teknik SQ3R dilakukan dengan   cara :
a.       Mempersiapkan dan memberikan motivasi kepada siswa.
b.      Apersepsi
c.       Menerapkan tujuan pembelajaran
d.      Menyusun persiapan pelaksanaan  pembelajaran.
2.      Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik SQ3R dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Persiapan teknik SQ3R dilakukan dengan langkah-langkah :
1.      Menyiapkan sebuah wacana dan paragraf yang utuh, logis dan bermakna.
2.      Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
b.      Kegiatan inti dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan proses dan manfaat membaca dengan teknik SQ3R.
2.      Membaca wacana dan paragraf yang telah disiapkan.
3.      Berlatih menerapkan langkah-langkah pembelajaran SQ3R berdasarkan contoh yang ada.
c.       Tindak lanjut : setelah langkah awal dan kegiatan inti dilaksanakan, kemudian dilakukan tindak lanjut yaitu : memberikan pengayaan berupa pemberian tugas yang sama (dengan bahan yang berbeda) yaitu mengerjakan langkah-langkah SQ3R yang kemudian ditanyakan kembali pada pertemuan selanjutnya (Harjasujana, 1996/1997 : 213).

Adapun skenario proses belajar mengajar pembelajaran membaca pemahaman yakni memahami teks bacaan dengan menggunakan teknik SQ3R adalah sebagai berikut :
Langkah (1) Apersepsi
Pada awal proses pembelajaran, guru hendaknya menciptakan suatu kondisi agar anak didiknya dalam  keadaan siap belajar, karena kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah berkenaan dengan membaca pemahaman yakni memahami teks bacaan.
 Langkah (2) Melakukan Survey
Langkah ini dilakukan siswa untuk memperoleh informasi awal tentang bacaan yang dihadapinya, yakni melihat judul teks bacaan tersebut, mengetahui siapa Penulisnya, dan melihat berapa jumlah halaman teks bacaan tersebut. Hal ini digunakan untuk membantu siswa dalam memperoleh gambaran umum tentang bahan bacaan yang dihadapinya. Dengan melihat bagian-bagian tersebut siswa akan menentukan sikap untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Langkah (3) Latihan Membuat Pertanyaan
Latihan membuat pertanyaan berdasarkan masukan dan informasi awal yang diperoleh dari hasil penjajakan pada saat melakukan survey. Pertanyaan ini dapat berfungsi sebagai pemandu dalam kegiatan membaca yang sesungguhnya.
Langkah (4) Membaca
Kegiatan membaca teks dilakukan siswa secara mandiri, setiap siswa dibagi teks bacaan dan diminta untuk membaca teks bacaan itu. Kegiatan membaca mula-mula dilakukan secara bertahap dibawa bimbingan dan instruksi dari guru. Kemudian siswa diminta untuk memeriksa daftar pertanyaan yang telah dibuat dan mencocokkan dengan isi bacaan untuk mencari jawabannya. Untuk kegiatan membaca selanjutnya, diserahkan kepada masing-masing siswa dengan batas waktu yang telah ditentukan. Setiap siswa mempunyai daftar pertanyaan khusus yang telah dibuat dalam buku catatan.
Langkah (5) Mencatat Jawaban Pertanyaan
Setelah kegiatan membaca dianggap tuntas, selanjutnya diikuti oleh penceritaan kembali hasil bacaan. Sebagai tolak ukur, siswa dapat memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang dibuatnya sebagai pemandu penceritaan hasil bacaan. Pembuatan hasil bacaan merupakan suatu yang penting untuk menindaklanjuti kegiatan membaca pemahaman. Hal yang harus diingatkan kepada siswa adalah bahwa dalam penceritaan kembali hasil bacaan hendaknya menggunakan kata-kata sendiri setelah penulisan hasil bacaan sudah dilakukan, dapat menilai seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Jika siswa sudah merasa yakin dirinya dapat  memahami teks bacaan yang dibacanya, kegiatan dapat dilanjutkan dengan pembahasan jawaban untuk deretan pertanyaan.
Langkah (6) Meninjau Ulang Kembali Isi Bacaan
Langkah ini merupakan langkah penutup pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, guru dan siswa secara bersama memeriksa ulang bagian-bagian bacaan yang dianggap penting, mulai dari pertama sampai akhir. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan kembali ingatan dan pemahaman terhadap hasil bacaan.
Penekanan pada teknik SQ3R ini mencakup lima hal yaitu : 1) penelaahan isi bacaan secara lengkap; 2) kemampuan memahami tema bacaan; 3) kemampuan menjawab pertanyaan sehubungan dengan isi bacaan; 4) kemampuan mengevaluasi isi bacaan; 5) kemampuan menceritakan kembali isi bacaan.
2.5    Manfaat Metode Membaca SQ3R
Membaca SQ3R memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
1.      Dengan mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal itu akan mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut.
2.      Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang kita baca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban penting (relevan).
3.      Dapat melakukan/kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan.
4.      Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu memahami secara tepat dan membantu ingatan kita.
5.      Melalui langkah terakhir, yaitu review, kita akan memperoleh penguasaan bulat dan menyeluruh atas bahan yang kita baca.















BAB  III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan dalam hasil makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Membaca merupakan proses mengolah bacaan, yakni memaknai secara mendalam, meliputi proses memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan.
2.      Metode membaca SQ3R merupakan singkatan dari lima langkah-langkah dalam mempelajari teks atau buku yang terdiri dari (1) survey (meninjau), (2) question (bertanya), (3) read (membaca), (4) recite (menuturkan), (5) review (mengulang).
3.      Manfaat metode membaca SQ3R ini membantu siswa untuk mengambil sikap bahwa buku yang akan dibaca tersebut sesuai keperluan / kebutuhan atau tidak.
3.2  Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1.         Guru perlu menerapkan metode membaca SQ3R dalam pembelajaran sebagai  upaya peningkatan pemahaman membaca siswa.
2.         Perlunya menerapkan metode membaca SQ3R dalam kehidupan sehari-hari kita guna untuk meningkatkan pemahaman membaca.


DAFTAR  PUSTAKA
Chaer, A. 1994. Kebahasaan Umum. Jakarta.: Rineka Cipta
Dwija Iswara, Prana dan Ahmad Slamet. 1996/1997. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Harjusujana. 1996/1997. Membaca 2. Jakarta : Depdikbud.

Laksono, Kisyani, 2008. Membaca 2. Jakarta : Universitas Terbuka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentuk Istilah









KALIMAT EFEKTIF


Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
            Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?”  Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”
            Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
            Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.

1.  Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-          Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)

-          Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

-          Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

-          Pada era zaman  modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)

-          Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)



2.  Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
-          Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)

-          Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3.  Penggunaan imbuhan yang kacau :
-          Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)

-          Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

-          Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)

-          Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)

4.  Kalimat tak selesai :
-          Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)

-          Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)


5.  Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
-          Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.    
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.                                 

-          Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

-          Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)

      -     tau             à  tahu                             -   negri         à  negeri
      -     kepilih       à  terpilih                           -   faham       à  paham
      -     ketinggal   à  tertinggal                      -   himbau     à  imbau
      -     gimana      à  bagaimana                   -   silahkan    à  silakan
      -     jaman        à  zaman                         -   antri           à  antre
      -     trampil       à  terampil                        -   disyahkan à  disahkan

6.  Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
-          Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

-          Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)

-          Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)



7.   Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
-          Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

-          Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)

-          Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8.   Pilihan kata yang tidak tepat :
-          Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)

-          Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)

9.    Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
-          Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.

Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?

(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.

-          Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri

Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?

            (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10.   Pengulangan kata yang tidak perlu :
-          Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

-          Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

11.   Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
-          Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)

-          Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya? 
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)




ooo
     
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

Kesepadanan  
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a.       Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.      Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
c.       Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Ø  Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
Ø  Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Ø  Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d.      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu yaitu “Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes”.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut “Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang”.

Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.    Membuat urutan kata yang bertahap
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3.    Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5.    Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Saudaralah yang bertanggung jawab.

Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tatabahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
2.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Misal kata merah sudah mencakupi kata warna (Ia memakai baju warna merah dapat diperhemat menjadi Ia memakai baju merah).
3.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Misal kata naik bersinonim dengan ke atas.
4.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya: para tamu-tamu seharusnya para tamu

Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Ø  Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Ø  Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya “Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri”.

Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.      Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3.      Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat di bawah ini.
a.       Waktu dan tempat kami persilakan.
b.      Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c.       Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
d.      Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
Bapak Menteri kami persilakan.
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.