Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi
syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya
tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Dalam
hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat
berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu
dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.
Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar
Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih
efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila
saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”
Yang
perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa
essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan
bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku.
Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit,
penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat
kalimat tidak efektif.
Berikut
ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1.
Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-
Sejak
dari usia
delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah
ditinggalkan ayahnya.)
-
Hal
itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri
yang kurang menyenangkan.
-
Ayahku
rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup.)
-
Pada
era zaman modern ini teknologi
berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi
berkembang sangat pesat.)
-
Berbuat
baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat
baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’
struktur kalimat :
-
Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan
segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum
akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera
diubah.)
-
Kepada yang bersalah harus
dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau :
-
Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang
meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan
harap dikembalikan)
-
Ia diperingati oleh kepala sekolah agar
tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah
agar tidak mengulangi perbuatannya.
-
Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak
buruk)
-
Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi
puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi
puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
-
Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk
sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara
kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
-
Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu
terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan
struktur dan ejaan yang tidak baku
:
-
Kita
harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang
buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan,
menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri,
menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh,
menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri,
mencelupkan.
-
Pertemuan
itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide
cemerlang.)
-
Gereja
itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara
professional.)
- tau
à tahu -
negri à negeri
- kepilih à terpilih
- faham à paham
- ketinggal à tertinggal - himbau
à imbau
- gimana à bagaimana - silahkan à silakan
- jaman à zaman - antri à antre
- trampil à terampil - disyahkan à disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan
‘yang mana’ :
-
Saya
menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya
sangat baik.)
-
Rumah
sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari
kesembuhan harus selalu bersih.)
-
Manusia
membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
-
Seorang daripada
pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke
kampung kemarin.)
-
Seorang
pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari
pengawasannya.)
-
Tendangan
daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan
perlawanan musuh.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
-
Dalam
kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang
bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan
diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
-
Bukunya
ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9.
Kalimat ambigu
yang dapat menimbulkan salah arti :
-
Usul ini
merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan
damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian.
Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang
pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang
menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara
pihak komunis dan pihak pemerintah.
-
Sopir
Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah
pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang
masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso
Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10. Pengulangan
kata yang tidak perlu :
-
Dalam setahun
ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul
buku.)
-
Film ini menceritakan
perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu
perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang
saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok
Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
-
Dokter
itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS
sangat berbahaya.)
-
Siapa
yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan
anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
ooo
Kalimat efektif ialah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara
atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai
ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan
makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki
beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.
Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
Penyusunan laporan itu saya
dibantu oleh para dosen. (salah)
Dalam menyusun laporan itu,
saya dibantu oleh para dosen. (benar)
c.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Ø Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan kalimat-kalimat
ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
Ø Kami datang agak
terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Ø Kami datang
terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.
Contoh:
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai
kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk
yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara menyejajarkan kedua bentuk itu yaitu “Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes”.
Kalimat b tidak memiliki
kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu
kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut “Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang”.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan
ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Presiden mengharapkan agar
rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden
mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar
rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
Jadi, penekanan kalimat
dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat
urutan kata yang bertahap
Bukan seribu, sejuta, atau
seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau
sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar.
3. Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Saya suka kecantikan
mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Anak itu tidak malas dan
curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Saudaralah yang bertanggung
jawab.
Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tatabahasa.
Ada beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan.
1. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Misal kata merah sudah mencakupi kata warna
(Ia memakai baju warna merah dapat diperhemat menjadi Ia memakai baju merah).
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat. Misal kata naik bersinonim dengan ke atas.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya: para tamu-tamu seharusnya para tamu
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat
adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.
Ø Perhatikan kalimat
berikut.
1. Mahasiswa perguruan
tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang
sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna
ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu
rupiah.
Ø Perhatikan kalimat
berikut.
Yang diceritakan
menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan
katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.
Kalimat tersebut seharusnya “Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri”.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan
kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan
bertele-tele. Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat mengembalikan kepada
kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah
baca.
b. Saran yang
dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak
menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya
baca.
b. Saran yang
dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan
daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan
membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan
kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan
membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat di bawah ini.
a.
Waktu dan tempat kami persilakan.
b.
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c.
Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
d.
Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
Bapak Menteri kami
persilakan.
Untuk menghemat waktu, kami
teruskan acara ini.
Haryanto Arbi meraih gelar
juara pertama Jepang Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi
juara pertama Cina Terbuka.