Menurut
fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan,
kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan
dalam
bentuk
positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan
kita
berhadapan
dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam
tanda baca.
A.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat
pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu
ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun;
tanda
baca titik).
Misalnya:
Positif
1.
Presiden Gus Dur mengadakan
kunjungan ke luar negeri.
2.
Indonesia menggunakan sistem
anggaran yang berimbang.
7
Negatif
1.
Tidak semua bank memperoleh
kredit lunak.
2.
Dalam pameran tersebut para
pengunjung tidak mendapat
informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium
di kotakota
besar.
Silakan
Anda buat lima buah contoh lainnya!
B.
Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban)
yang
diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan
sering
menggunakan
kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa,
berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1.
Kapan Saudara berangkat ke
Singapura?
2.
Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1.
Mengapa gedung ini dibangun
tidak sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2.
Mengapa tidak semua fakir miskin
di negara kita
dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
Coba
Anda buat lima buah contoh lainnya.
C.
Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat
perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1.
Maukah kamu disuruh mengantarkan
buku ini ke Pak
Sahluddin!
2.
Tolong buatlah dahulu rencana
pembiayaannya.
Negatif
1.
Sebaiknya kita tidak berpikiran
sempit tentang hak
asasi manusia.
2.
Janganlah kita enggan
mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.
Coba
Anda buat lima buah contoh lainnya!
D.
Kalimat Seruan
Kalimat
seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang
8
mendadak.
(Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya
tanda seru
atau
tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1.
Bukan main, cantiknya.
2.
Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1.
Aduh, pekerjaan rumah saya tidak
terbawa.
2.
Wah, target KONI di Asian Games
XIII tahun 1998 di
Bangkok tidak tercapai.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
VI.KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara
atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan
kalimat
itu dapat terjamin.
Sebuah
kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan
gagasan yang
kompak
dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada,
sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.
Bagi semua mahasiswa perguruan
tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b.
Semua mahasiswa perguruan tinggi
ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2.
Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
a.
Penyusunan laporan itu
saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu saya kurang jelas.
9
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a.
Dalam menyusun laporan
itu, saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu bagi saya kurang
jelas.
3.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a.
Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda
motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu
menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi
ungkapan
penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a.
Kami datang agak terlambat
sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda motor
Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
4.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.
Bahasa Indonesia yang berasal
dari bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami yang terletak di
depan bioskop Gunting.
Perbaikannya
adalah sebagai berikut.
a.
Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami terletak di depan
bioskop Gunting.
B. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan
verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
10
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
Kalimat
a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat
terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara
menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat
b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama
bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik
kalau
diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
C. Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide
pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi
penekanan
atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam
kalimat.
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya
ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa
dan negaranya.
Penekanannya
Harapan presiden.
Jadi,
penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
3.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan
kelembutan mereka.
4.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan
jujur.
11
5.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D. Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus
menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai
arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi
kaidah tata
bahasa.
Ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan
contoh:
a.
Karena ia tidak diundang, dia
tidak datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
a.
Karena tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat
pada hiponimi kata.
Kata
merah sudah mencakupi kata warna.
Kata
pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a.
Ia memakai baju warna merah.
b.
Di mana engkau menangkap burung pipit
itu?
Kalimat
itu dapat diubah menjadi
a.
Ia memakai baju merah.
b.
Di mana engkau menangkap pipit itu?
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam
satu kalimat.
Kata
naik bersinonim dengan ke
atas.
Kata
turun bersinonim dengan ke
bawah.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a.
Dia hanya membawa badannya saja.
b.
Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat
ini dapat diperbaiki menjadi
a.
Dia hanya membawa badannya.
b.
Sejak pagi dia bermenung.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
12
yang
berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa orang
E. Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan
tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1.
Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
2.
Dia menerima uang sebanyak dua
puluh lima ribuan.
Kalimat
1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguran tinggi.
Kalimat
2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua
puluh
lima ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri
raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat
ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
F. Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang
tidak simetris.
Oleh
karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang
secara tidak sadar bertindak ke
luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan
Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek
+ agen + verbal secara
tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a.
Surat itu saya sudah baca.
b.
Saran yang dikemukakannya kami
akan pertimbangkan.
Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a.
Surat itu sudah saya baca.
b.
Saran yang dikemukakannya akan
kami pertimbangkan.
13
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau
tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini
a.
Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas
tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a.
Mereka membicarakan kehendak
rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas desain
interior pada rumah-rumah adat.
G. Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan
penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan
kalimat di bawah ini.
1.
Waktu dan tempat kami
persilakan.
2.
Untuk mempersingkat waktu, kami
teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih juara
pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menduduki juara
pertama Cina Terbuka.
5.
Mayat wanita yang ditemukan itu
sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat
itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1.
Bapak Menteri kami persilakan.
2.
Untuk menghemat waktu, kami
teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih gelar juara
pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menjadi juara
pertama Cina Terbuka.
5.
Sebelum meninggal, wanita yang
mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
VII.KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah Bentuk yang Benar
14
1.
Untuk mengetahui baik atau
buruknya
pribadi seseorang
dapat
dilihat dari tingkah
lakunya
sehari-hari.
2.
Semoga dimaklumi.
3.
Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4.
Perkara yang diajukan ke
meja
hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan
perkara yang telah
selesai
disidang-kan
berjumlah
23 buah.
5.
Halamannya sangat luas,
rumah
paman saya di
Cibubur.
Baik
atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat
dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga
Bapak dapat memakluminya.
Pekerjaan
itu bagi dia tidak cocok.
Perkara
yang diajukan ke meja hijau
berjumlah
51 buah, sedangkan perkara yang
telah
selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman
rumah pamas saya di Cibubur
sangat
luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar